Sabtu, 05 Oktober 2013

Renungan Kemah Akhir tahun jelang Kenaikan Kelas.

RENUNGAN KEMAH AKHIR TAHUN SPENAPAN
SMP NEGERI 8 MAGELANG
Merenung

Persiapan
Semua serasa senyap.
gelap dan sunyi.
sekeras apapun dirimu berteriak.                                     
 tak ada suara yang terdengar.
perasaan takut mulai meyelimutimu.
Sesaat terlihat sekelebat cahaya di arah sana.
sadar dengan kehadiran cahaya itu,
kau mulai berjalan dan mendekati arah cahaya.
terus.... dan terus...
tiba-tiba cahaya itu menyelimutimu dan semua jadi terang benderang.    
saat tersadar ...                                                  INSTRUMEN GITAR

kau berada pada suatu tempat yang tidak asing bagimu.
tempat yang memiliki aroma dan kesan yang berarti di hatimu.
tertegun dan tersadar,
kau mulai berlari...
berlari dan terus berlari...
hingga akhirnya dengan nafas terengah-engah,
kau berhenti di depan sebuah rumah.
rumah yang sangat kau kenali walau samar-samar dalam pikiranmu.
rumah itu ...
rumah tempat kamu di besarkan.
rumah dimana kamu tinggal dulu.
rumah dimana kau dimanja dan di sayang oleh kedua orang tuamu.

Tanpa sadar…
Kamu sudah berada di halaman rumah itu
kau melihat seorang anak kecil bermain, tertawa dengan gembira di halaman tersebut.
anak itu terjatuh, dan menangis.
kau segera menghampiri anak itu,
kau menggendongnya tetapi anak itu terus menangis..                     BUNDA - MELLY

kau melihat seorang wanita yang sangat sederhana tersenyum dan memintamu untuk memberikan anak yang kau gendong
saat anak itu digendongannya,kau begitu terkejut…anak itu tersenyum dan tangisannya pun terhenti.
saat tersadar, wanita dan anak itu telah menghilang.
samar-samar kau seakan mengingat kejadian itu
kau tersentak dan segera masuk kedalam rumah.,
walau tampak lusuh, suasana hangatnya seakan menentramkan
hatimu yang sedang gundah.
Lalu kau berjalan .... berkeliling .....
sekali lagi kau melihat anak sudah lebih dewasa,
dengan mengenakan seragam sd anak itu bersalaman dengan kedua orang tuanya. sang wanita td dan suaminya.
sang ibu melepas kepergian anaknya. Sambil meneteskan air mata dan senyuman …
sang ibu berdoa untuk keselamatan anak itu.
karena hari itu ....
hari pertama anaknya pergi ke sekolah, pertama kalinya.
sekali lagi semua jadi samar-samar dan menghilang.
di rumah itu ...
kamu melihat banyak sekali kejadian
layaknya adegan  memutar kembali waktu yang telah berjalan.
anak itu pun bertambah besar
dan pergi ke bangku SMP                                                  AYAH-EBIETH
setelah berlalu.
kau melihat berkali-kali sang ibu berdoa tiap hari demi kebahagiaan dan keselamatan anaknya kau melihat berkali kali sang ayah pulang membawa gaji
gaji yang tidak seberapa banyak itu di pakai buat menghidupi diri dan istrinya.
gaji yang tidak seberapa banyak itu di pakai untuk biaya sekolah anaknya.

tanpa mengeluh sang istri selalu menyanyangi suaminya.
begitu tersadar kau teringat atas apa yang "anak" itu lakukan disana.
 anak itu bermain-main hingga lupa akan kepentingan sekolahnya.
anak itu terlalu sibuk dengan kekasihnya hingga lupa menguhubungi keluarganya.
anak itu selalu hura-hura dan bermabuk-mabukan hingga lupa berdoa untuk orangtuanya.
Taukah siapa anak itu…
anak itu adalah "kamu"….. anak itu adalah”kamu”          PUNCAK - POKOKKE SEREM

anak yang bermain-main hingga lupa akan kepentingan sekolahnya.
anak yang terlalu sibuk dengan kekasihnya hingga lupa menguhubungi keluarganya.
anak yang selalu hura-hura dan bermabuk-mabukan hingga lupa berdoa untuk orangtuanya.

saat ini kamu melihat kenyataan yang terjadi.
kamu berlari mencari sosok hangat yang samar-samar kau lupakan.
kamu terus mencari hingga akhirnya kau sampai di halaman belakang.
kamu melihat sosok seorang pria tua yang lusuh,
berdiri di bawah pohon.
kamu dekati dan kamu panggil pria tua itu dengan sebutan "ayah"             Pria Tua

pria tua itu melihatmu dan kemudian tersenyum sambil meneteskan air mata.
menyalamimu, kemudian memelukmu.
saat kamu ingin berkata, beliau mulai berbicara dengan nada yang parau dan lirih
"akhirnya kamu pulang, Nak. Ayah sudah lama merindukanmu."
kau pun mulai meneteskan air mata dan kemudian bertanya tentang keadaan ibumu
kau sangat terhentak, ketika ayahmu menjawab
"Ibumu telah berpulang nak, kamu gak usah khawatir. ibu bangga padamu,
berkali kali dia mengatakan pada tetangga bahwa
kamu sebentar lagi NAIK KELAS "
Saat ingin menyela dan mengatakan kenyataan beliau kembali memotong
"Kamu gak usah khawatir, ayah sudah persiapkan tabungan buat sekolahmu,
belajar yang rajin nak, doakan kedua orangtuamu, berusahalah agar kami bisa
tersenyum saat meninggalkanmu nanti, saat kami sudah tidak mampu lagi membiayai hidupmu, kamu sudah mampu berdiri sendiri, kamu sudah dapat berjalan dengan kedua kakimu sendiri"

sembari menggengam tanganmu, tetesan airmata jatuh membasahi pipinya.
kau tertegun dan tak sanggup berkata apa-apa.
"Sudah waktunya, ayah harus pergi, ayah harus kerja buat hidupmu"
beliaupun berlalu dan kemudian menghilang.
kau masih tertegun, dan kembali masuk kerumah.
dengan gontai kau duduk di sebuah kursi dan mengambil
sebuah album foto dari rak.
kau tersentak dan menjatuhkan album foto tersebut.
album foto yang berisikan...
pemakaman ibumu..
wanita yang mengandungmu,
wanita yang membesarkanmu,
wanita yang selalu mendoakanmu,
wanita yang selalu membacakan dongeng utkmu sebelum tidur,
wanita yang dengan sabar menjagamu tidur.
setetes demi setetes air matamu mengalir membasahi pipimu.
kau terjatuh dari kursi tersebut.
kau menjerit sekeras-kerasnya.
kau menangis sejadi-jadinya.
kau sadar siapa kamu.
kau sadar bagaimana sikapmu.
kau sadar apa yang sudah kamu lakukan.
kau sadar seberapa "BANGSAT" nya kamu sebagai anak
kau sadar seberapa "BODOH" dirimu sebagai manusia.

kau berlari ...
berlari sekencang-kencangnya ....                                     IBU-BANG IWAN
dan berharap kau dapat mengejar sosok sang ayah.
kau berlari .....
sambil terus mengucapkan kata maaf..
maaf...
maaf Bu, aku belum bisa membalas jasamu.
sampai hembusan nafas terakhirmu,
aku belum bisa menunjukan apa-apa kepadamu.
maaf yah, aku belum bisa jadi anak berbakti.
aku menghambur-hamburkan uang hasil keringatmu,
aku belum mampu berjalan sendiri.
MAAF, AKU BELUM BISA JADI SEORANG ANAK SESUAI
KEINGINAN KALIAN, AKU BELUM BISA JADI ANAK YANG
DAPAT KALIAN BANGGAKAN, AKU MASIH JAUH DARI YANG
KALIAN HARAPKAN..
Ya Tuhan ampunilah aku ….              
Begitu rendah  aku di hadapanmu…
Begitu hina aku didepanmu Tuhan
Bahkan akupun tak sempat memohon ampun  pada ibuku
Mengapa tak kau sempatkan aku Tuhan….                                            TUHAN-BIMBO
Apakah aku memang tak pantas untuk kau ampuni …..
Apakah dosaku memang tak pantas untuk kau ampuni …
Oh Tuhan…
Sungguh aku sangat menyesal …
(ono nangise sedilut)

kau terjatuh ....
dan semua kembali menjadi gelap.
sunyi...
yang terdengar hanya isak tangismu.
kau kembali sendiri.
sendiri..
sendiri .....                                                                    KOSIDAHAN
sendiri ..........
saat kau terbangun.
matahari telah bersinar terang.
dan sekali lagi ...
kau harus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi
dirimu, dan orang tua yang membesarkanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar